Skip to Content

Joshua Ratadhi : Karir di SCM seperti naik sepeda.

Di edisi kali ini, Nurhadi, Founder BSC berkesempatan mewawancarai Joshua Ratadhi , pakar SCM & Procurement, Group Head SCM di PT Cipta Kridatama , Jakarta.

Pak Jo - panggilan akrab beliau - berbagi pengalamannya seputar karir di SCM, Data-driven decision making (DDDM) dan pandangannya tentang profesi ini di 10 hingga 15 tahun mendatang.

Selamat menikmati!

[BSC] Terima kasih, Pak Jo, telah bersedia bergabung dengan kami di Supply Chain Stories. Bisa diceritakan, bagaimana perjalanan karir Bapak hingga menempati posisi saat ini sebagai Group Head of SCM?

Saya memulai karir profesional di PT Kaltim Prima Coal (KPC), yang merupakan tambang batu bara terbesar di Indonesia, sebagai seorang Specialist Strategic Contract. Di tempat inilah saya pertama kali merasakan ketertarikan yang mendalam terhadap dunia Supply Chain Management (SCM).

"Seiring berjalannya waktu, saya semakin terlibat dalam berbagai aspek SCM dan tanggung jawab saya terus berkembang. Setiap proyek baru memberi saya kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mendalami berbagai strategi dalam pengelolaan operasional SCM" - Joshua Ratadhi

Hal ini membuka jalan bagi saya untuk meraih posisi yang lebih tinggi hingga saat ini, di mana saya dipercaya sebagai Group Head SCM di perusahaan mining contractor terkemuka. Setiap langkah dalam perjalanan karir saya di KPC telah membentuk fondasi kuat yang mengarahkan saya pada jalur karir yang penuh tantangan namun memuaskan di dunia SCM.

[BSC] Selain aktif dalam pekerjaan sehari-hari, Bapak juga kerap berbagi pengetahuan dengan rekan seprofesi melalui tulisan-tulisan di bidang rantai pasok dan pengadaan. Apa yang memotivasi Bapak untuk terus berkontribusi di bidang ini?

Salah satu keberuntungan saya selama bekerja di KPC adalah memperoleh sertifikasi Diploma in Purchasing & Supply dari Chartered Institute of Purchasing & Supply. Ini bukan hanya sebatas sertifikat, tapi juga membuka perspektif baru bagi saya dalam memahami kompleksitas pengelolaan rantai pasok secara lebih strategis.

Selain itu, saya juga baru saja menyelesaikan Executive Education Program yang diselenggarakan oleh ITB mengenai Artificial Intelligence for Business Leader. Pengalaman ini membuat saya berpikir bahwa pengetahuan yang saya dapatkan secara gratis dari pengalaman kerja dan berbagai program Pendidikan layak untuk saya bagikan kepada orang lain.

Melalui tulisan, saya berharap bisa membantu orang-orang yang juga tertarik dan ingin berkarir di bidang SCM, memberi mereka wawasan dari pengalaman nyata yang mungkin bisa mempermudah langkah mereka.

[BSC] Dari pengalaman Bapak selama ini, dari satu industri ke industri lain, hal apa yang menurut Bapak paling penting & menjadi prioritas dalam mengelola rantai pasok?

Dari pengalaman saya, ada dua hal yang saya anggap sebagai prioritas utama dalam menjalankan operasional SCM.

Pertama, Do The Basic Right. Ini berarti memastikan bahwa setiap elemen dasar dalam proses SCM, seperti manajemen inventori, logistik, dan pengadaan, dijalankan dengan benar dan efisien. Hal ini menjadi landasan untuk memastikan kelancaran operasional.

Kedua, adalah membangun organisasi yang berbasis pada Data-Driven Decision Making (DDDM). Ini adalah budaya kerja di mana keputusan yang diambil bukan berdasarkan opini subjektif atau status seseorang dalam organisasi, melainkan berdasarkan data yang ada.

Dengan cara ini, kita bisa menghindari fenomena HIPPO (Highest Paid Person's Opinion) dan membuat keputusan yang lebih objektif, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. DDDM memungkinkan tim SCM untuk terus berinovasi dan membuat keputusan strategis yang didasarkan pada data-data konkret, yang pada akhirnya berdampak positif bagi perusahaan secara keseluruhan.

[BSC] Bagaimana Bapak melihat profesi di supply chain & procurement saat ini? Apakah ada perbedaan signifikan jika kita bandingkan 15-20 tahun yang lalu?

Supply Chain Management telah mengalami transformasi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Pada awal kemunculannya, operasional SCM sebagian besar bergantung pada proses manual dan pencatatan fisik yang sering kali memakan waktu dan rawan kesalahan. Namun, dengan hadirnya teknologi komputer di tahun 1980-an, proses manual ini mulai digantikan dengan solusi komputasi yang lebih efisien.

Perkembangan teknologi tidak berhenti di situ; digitalisasi dan Internet of Things (IoT) telah membawa SCM ke level yang sama sekali baru. Saat ini, data dapat dihasilkan dan diolah dalam jumlah yang sangat besar, yang memungkinkan pengambilan keputusan bisnis dilakukan lebih cepat dan lebih akurat.

Teknologi telah merubah cara kita mengelola SCM, memungkinkan terciptanya business insights yang mendalam dan memungkinkan perusahaan untuk bergerak lebih lincah dalam merespons perubahan pasar. SCM yang dulu terkesan statis kini telah menjadi tulang punggung dinamis yang mendukung setiap aspek bisnis.

[BSC] Pertanyaan terakhir Pak Jo, apa pesan Bapak untuk anak-anak muda yang ingin mencapai posisi puncak supply chain?

Berkarir di SCM itu seperti naik sepeda. Sepeda akan bergerak maju ketika dikayuh. Karir di SCM akan bergerak maju ketika kita tidak pernah berhenti belajar, berusaha dan berdoa.

----

Join us at Bincang Supply Chain - A community for the Supply chain leaders and get a chance to learn from another leaders in this field. Click to the link below by becoming our CM (Community Member) - LINK: CM

Yozie Syamsubar : Building a Collaborative, and Data-Driven Supply Chain for Agility in Uncertainty