Skip to Content

Sri Haryono: Adaptasi Menghadapi Perubahan

Selamat datang di edisi ke-10 #SupplyChainStories!

Kali ini, kami menghadirkan tamu spesial, Sri Haryono, seorang senior profesional di dunia supply chain. Beliau berbagi banyak hal, mulai dari lika-liku perjalanan kariernya, semangat Continuous Improvement (CI), peran Teknologi & AI yang kian cerdas, hingga pandangannya tentang pendidikan dan kepemimpinan—semuanya dikupas tuntas.

Selamat menikmati kisah inspiratif ini!

Sri Haryono (Foto koleksi pribadi)

[BSC] Perjalanan karir Bapak di supply chain sangat menarik. Lulus sebagai Sarjana Teknik Kimia, namun kemudian terjun di bidang Supply chain. Bisa diceritakan bagaimana “career-path” Bapak hingga di posisi saat ini?

Berbicara mengenai karir saya di bidang Supply Chain, adalah suatu ketidaksengajaan. Saat lulus kuliah saya diterima di satu perusahaan kimia dari Jerman dan ditempatkan di bagian Production Planning and Inventory Control. Di sini saya bertanggung-jawab untuk mengatur kebutuhan material ke produksi sesuai dengan Production Supply yang kita terima dari Global Supply Planning.

Setelah kurang lebih 3 tahun, saya mendapatkan tanggung-jawab yang lebih luas di sebuah perusahaan bahan material asal Australia – Perancis, sebagai Plant Controller. Selain bertanggung-jawab untuk production planning dan inventory control, di sini saya juga memiliki tugas untuk melakukan analisis terhadap kapasitas produksi dibandingkan dengan kebutuhan pasar untuk beberapa tahun ke depan, sehingga bisa dilakukan langkah-langkah untuk memenuhinya, misalnya meningkatkan kapasitas peoduksi.

Setelah lebih dari 5 tahun di bidang planning, saya kemudian mendapatkan tanggung-jawab yang lebih luas sebagai Supply Chain Manager di sebuah perusahaan kimia dari Jerman, yang meliputi demand planning, production planning, inventory management, warehouse management, transportation management.

Sri Haryono (Tengah), bersama rekan di acara Safety Day, 2024

Setelah di Supply Chain kurang lebih 4 tahun, kemudian saya merambah ke Logistics Operations dengan bergabung ke salah satu perusahaan logistics services, yang bertanggung-jawab pada operasional warehouse untuk beberapa klien. Selanjutnya di tahun 2011, saya bergabung dengan salah satu flavor house dari Swiss dan mendapatkan tanggung-jawab untuk mengatur logistics di zona South-East-Asia dan zona India-Middle-East-Africa, ditambah Australia-New Zealand dan Korea-Japan.

Sejak 2019 saya kembali bergabung dengan perusahaan logistics service dan bertanggung-jawab terhadap keseluruhan operasional Divisi Logistik di Indonesia yang memberikan layanan transportasi dan warehouse ke beberapa perusahaan dan industri di bidang kimia, baja, oil and gas, dan retail.

Dunia Supply Chain mungkin sesuatu yang sangat jauh dari latar belakang pendidikan saya yang berasal dari Teknik Kimia, namun saya berusaha untuk mempelajari, sehingga dari yang awalnya “kecemplung” karena ketidaksengajaan menjadi satu jenjang karir, dari posisi officer sampai dengan Vice President Operations.

Kalau kita lihat saat ini, supply chain memiliki fungsi yang semakin penting dalam persaingan bisnis. Banyak perusahaan yang memiliki produk yang sama, bahkan marketing yang sama, sehingga untuk memenangi persaingan dibutuhan ketersediaan produk tepat pada saat dibutukan oleh konsumen dengan biaya seminimal mungkin. Di bagian inilah supply chain harus berperan untuk memastikan produk tersebar di seluruh titik kebutuhan konsumen. Fungsi penting supply chain juga semakin diakui dengan adanya beberapa perusahaan yang menempatkan profesional supply chain sampai dengan posisi Chief Supply Chain Officer.

[BSC] Bapak terlibat cukup banyak dalam menerapkan 5S dan Continuous Improvement (CI). Bisa berbagi contoh konkret tentang bagaimana penerapan ini telah meningkatkan efisiensi di supply chain & logistik?

CI secara tersetruktur melalui pelatihan mungkin baru saya dapatkan sejak tahun 2011 saat bekerja di flavor-house. Saat itu semua Manager dan Supervisor mendapatkan beberapa pelatihan terkait CI sebagai persiapan untuk implementasi program Operations Excellence sebagai jawaban atas tantangan untuk meningkatkan kapasitas produksi tanpa perluasan pabrik dan penambahan karyawan.

Program perbaikan sendiri sebenarnya sudah dilakukan jauh sebelum itu. Di tahun 2005, saya pernah melakukan penghematan Working Capital dengan menurukan inventory dari USD 4.5 juta menjadi USD 2.9 juta atau dari 115 hari menjadi 80 hari stok. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mencapai harl tersebut: implementasi S&OP, ABC and SOI clasification, Review Safety Stock, Review Material Supply, dan sebagainya. Selain itu juga implementasi WMS untuk meningkatkan akurasi stok.

Penerapan CI berikutnya ada sepanjang 2011 – 2017, meliputi peningkatan produktifitas sehingga mampu meningkatkan produksi tahunan dari 3000-an ton/tahun menjadi 10000-an ton/tahun tanpa penambahkan karyawan. Kita juga melakukan peningkatan utilisasi kontainer untuk pengiriman ke luar negeri dengan melakukan desain ulang kemasan, sehingga dari yang awalnya 4000 kg/kontainer menjadi 8000 kg/kontainer, bahkan kemudian bisa ditingkatkan kembali menjadi 12000 kg/kontainer. Selain itu juga dilakukan konsolidasi pengiriman dari China ke Indonesia dan dari pabrik ke customer yang mampu menghemat USD 500,000 setahun.

Penerapan program CI terbaru adalah di tahun 2023, dengan melakukan PDCA dan Kaizen, kita bisa menghemat biaya operasional sebesar lebih dari USD 200,000 selama setahun. Tentunya hal ini berdampak positif terhadap Gross Profit.

[BSC] Dengan kemajuan teknologi yang pesat, bagaimana Bapak melihat peran teknologi dalam transformasi supply chain dan logistik? Apa inovasi yang menurut Bapak paling berdampak saat ini?

Kita tidak bisa menahan atau menghindari perkembangan AI khususnya dan teknologi pada umumnya di semua segi kehidupan kita, termasuk di bidang supply chain dan logistik. Justru kita harus memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi di bidang supply chain dan logistik.

Ada banyak yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan produktifitas, dan juga efisiensi di bidang supply chain dan logistik. Sebagai contoh ada penggunaan AI untuk meningkatkan akurasi di bidang demand forecasting. AI bisa membantu profesional di bidang supply chain untuk bisa memprediksi kebutuhan pelanggan lebih akurat. Sehingga hal ini akan membantu untuk memperbaiki perencanaan material dan perncanaan produksi, serta menjaga tingkat stok pada level optimal pada akhirnya. AI bisa juga digunakan untuk membuat rencana pengiriman yang efisien.

Teknologi dan AI juga bisa kita terapkan untuk membuatkan warehouse yang lebih efisien, misalnya dalam perencanaan lay-out dan flow, sehingga didapatkan lay-out yang paling efisien. Selain itu penggunaan teknologi robotik juga bisa meningkatkan produktifitas dan efisiensi operasional warehouse, misalnya pada area penyiapan, sortir, dan juga pengepakan.

Dalam bidang transportasi, Teknologi dan AI juga bisa kita gunakan untuk memonitor kondisi sopir dan juga kondisi kendaraan. AI bisa menganalisa kondisi sopir dan memberikan informasi jika terjadi kelelahan, tidak fokus, menguap, mengantuk, dan sebagainya, sehingga bisa mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Selain itu, teknologi bisa kita gunakan untuk memonitor penggunaan bahan bakar, percepatan mendadak, pengereman mendadak, atau melebihi batas kecepatan yang diijinkan.

[BSC] Sebagai seorang yang sangat senior di bidang ini, bagaimana Bapak mendefinisikan kepemimpinan yang efektif dalam konteks supply chain? Apa saran Bapak untuk para pemimpin muda yang ingin sukses di industri ini?

Kalau kita bicara mengenai kepemimpinan pada dasarnya sama saja, baik dalam konteks supply chain maupun bidang lainnya. Namun memang ada beberapa skil yang harus dikuasai oleh supply chain professional, sehingga mampu membawa divisinya menjadi lebih efektif dan efisien

1. Strategic thinking and decision making

Karena luasnya tanggung jawab supply chain professional yang meliputi end-to-end proses dari menerima order customer sampai mengirimkan barang ke customer, supply chain harus mampu memetakan kebutuhan customer, mempergunakan data dan informasi yang dimiliki untuk mengambil keputusan yang bisa memberikan arah dalam menghadapi kompleksitas tantangan di bidang supply chain yang semakin beragam

2. Collaboration and communication

Untuk menghasilkan supply chain yang efektif dan efisien, kita harus mampu membuat suatu hubungan kolaborasi yang kuat dengan supplier, customer, partner, dan juga team internal dengan menggunakan model komunikasi yang efektif dan terbuka untuk menyelaraskan tujuan dan menyelesaikan isu-isu dan masalah yang ada secara efektif

3. Innovation and adaptability

Kita harus mampu untuk mengidentifikasi dan menerapkan teknologi-teknologi terbaru, proses-proses baru, dan strategi baru untuk meningkatkan efisiensi proses. Selain itu kita juga harus bisa beradaptasi dan mengantisipasi perubahan pasar yang sangat dinamis.

4. Performance monitoring and improvement

Untuk memastikan efektifitas dari supply chain, kita harus menggunakan matrix yang seusai untuk melihat perkembangan dari kemampuan proses supply chain, mampu mengidentifikasi area-area untuk perbaikan, dan mampu mengimplementasi langkah-langkah untuk mengoreksi.

[BSC] Sebagai dosen di Sembada Pratama, bagaimana Bapak melihat peran pendidikan dalam membentuk profesional muda di bidang ini?

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk profesional di bidang supply chain. Seperti Sembada Pratama misalnya, kita memiliki visi untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang supply chain dengan beberapa program sertifikasi, yaitu CLIP dan CSLP. Bagi siapapun yang tertarik dengan bidang supply chain dan logistik, saat ini sudah ada beberapa perguruan tinggi yang menawarkan program D3, D4, S1, S2, bahkan S3 di bidang supply chain management, bahkan juga jenjang SMK.

Sri Haryono (Paling Kanan), Bersama rekan ALI (Asosiasi Logistik Indonesia)

Jika dibandingkan dengan di awal karir dulu, kita kesulitan untuk mendapatkan pendidikan atau training supply chain. Saat ini, yang bisa kita lakukan adalah belajar secara langsung di lapangan, membaca buku dan jurnal. Rekan-rekan profesional di bidang supply chain dan operations sendiri akhirnya membentuk IPOMS (Indonesian Production and Operations Management Society) dan kemudian ALI (Asosiasi Logistik Indonesia) yang memiliki tujuan untuk membantu pengembangan sumber daya manusia di bidang supply chain dan logistik. (***)

🔹 Calling All Supply Chain Experts! 🔹

Punya pengalaman menarik atau wawasan berharga seputar dunia supply chain? Jadilah bagian dari #SupplyChainStories dan bagikan kisah inspiratif Anda!

Kirim e-mail ke hello@bincangsupplychain.com untuk terhubung dan berdiskusi lebih lanjut. Kami tak sabar mendengar cerita Anda! 🚀✨

Rizki Utomo: Indonesia akan menjadi pelopor logistik halal di dunia!