Edisi ke-12 hadir istimewa di Bulan Ramadhan bersama dengan Yanuar Lasthari , Vice President (VP), Supply Chain Dikichi. Di sesi kali ini, Beliau berkisah tentang perjalanan karir dan tantangan mengelola rantai pasok di industri Fast-Food.
Selamat menikmati.
[BSC] Perjalanan karir Bapak ini sangat menarik, mulai dari Quality, Produksi hingga di Supply Chain. Bisa ceritakan sedikit tentang bagaimana perjalanan karir Bapak dari satu role ke role lainnya hingga di posisi saat ini sebagai VP Supply chain?
Terima kasih kepada Bincang Supply Chain atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbagi disini. Perjalanan karir saya dimulai ketika saya pertama kali bergabung dengan salah satu Perusahaan yang bergerak dibidang cigarette manufacture dalam role Quality. Saya bertanggung jawab dalam memastikan kualitas produk agar memenuhi standard dan tentunya ekspektasi konsumen. Saat di Quality mau tidak mau saya harus memahami proses secara menyeluruh agar dapat mengidentifikasi area perbaikan untuk meningkatkan dan menjaga konsistensi dari kualitas produk yang dihasilkan.
Pada suatu kesempatan, saya dipercaya bergabung di Perusahaan food manufacture sebagai Production Manager yang mengelola end to end process produksi dengan +/- 1200 karyawan. Disini saya memperoleh pengetahuan & pengalaman yang sangat berharga tentang manajemen produksi.
[Bersama kolega di gudang pendingin]
Hingga pada akhirnya saya bergabung di Perusahaan food & beverage dengan restaurant chain sebagai unit business-nya dimana saya ditugaskan untuk mengelola unit central kitchen termasuk didalamnya support ketersediaan bahan baku di restaurant. Setelah beberapa tahun bekerja pada beberapa roles yang mencakup Manufacturing, Procurement, Supply Planning dan Logistic Distribution, saya dipromosikan menjadi Vice President (VP) Supply Chain yang bertanggung jawab untuk mengelola seluruh proses Supply Chain.
Sejak awal karir di Quality, satu hal yg selalu menjadi fokus adalah bagaimana menyelesaikan masalah sampai ke akarnya dan dilanjutkan dengan menjaga konsistensi agar masalah serupa tidak terulang. Dari situ mindset “Right at the First Time” mulai terbentuk dan semakin melekat di diri saya.
Untuk memperkuat fondasi saya di bidang supply chain, saya pun memutuskan untuk mengambil beberapa sertifikasi yang relevan. Salah satunya adalah sertifikasi “Certified Supply Chain Manager (CSCM)”, dimana pengalaman praktis yang sudah saya dapatkan bisa saya padukan dengan standar yang berlaku dalam business F&B dan semakin memperkuat pemahaman saya tentang bagaimana seharusnya sebuah sistem supply chain berjalan.
[BSC] Sebagai VP Supply Chain, Bapak pasti menghadapi tantangan unik yang berbeda dibandingkan dengan industri lainnya. Menurut Bapak, hal apa yang paling berbeda dalam manajemen supply chain di industri fast-food, dan bagaimana Bapak mengatasi tantangan tersebut untuk memastikan efektivitas supply chain-nya?
Supply chain dalam industri F&B khususnya industri fast-food memiliki tantangan tersendiri, salah satunya adalah “variabilities“ yang tinggi dalam supply & demand product, beberapa diantaranya adalah musim (High season, pay check etc) yang berada di bulan yang sama, dimana ini cukup berbeda dibandingkan beberapa industri lain yang memiliki fluktuasi demand bulanan atau bahkan kwartal.
Fluktuasi harga komoditi khususnya produk fresh seperti ayam, cabai buah & sayur juga menjadi tantangan tersendiri dimana shelf-life yang cukup pendek dan harga yang selalu berubah. Sehingga kejelian mengkombinasikan multiple strategies untuk mencapai Excellent OTIF, Cost Effectiveness, Great Quality & Affordable price menjadi sebuah keharusan.
Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi saat ini, pemanfaatan data consolidation secepat mungkin sangat membantu menjaga akurasi demand forecasting sehingga mendukung agility dalam menyesuaikan perubahan-perubahan yang ada. Termasuk didalamnya kolaborasi dengan supplier/vendor mulai bahan baku sampai 3PL dalam pendistribusian produk mulai dari factory ke Distribution Center sampai ke Resto. Dimana sebagian besar resto kami berada di kota-kota yang hanya bisa diakses oleh jenis armada tertentu sesuai regulasi lokal yang berbeda-beda.
Experience di bidang quality sangat mendukung saya dalam menyusun strategi-strategi untuk menjaga kualitas mulai bahan baku hingga produk akhir yang disajikan di store agar tetap stabil.
[BSC] Bagaimana Bapak melihat pentingnya pengembangan SDM dalam supply chain, terutama di daerah seperti Malang yang mungkin memiliki tantangan tersendiri dalam hal akses dan sumber daya?
Pengembangan SDM tetap menjadi hal yang penting untuk meningkatkan kemampuan Team. Dengan Team yang terampil dan terlatih, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas & efisiensi dalam supply chain, sehingga dapat mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas layanan serta menjaga daya saing Perusahaan.
[Yanuar (Paling kanan) - Melakukan kunjungan ke salah satu pemasok]
Sebagai contoh, kemampuan analisa data yang baik akan mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, sehingga goals utama kami yaitu “Speed for supply agility, quality & cost leadership” bisa tetap terjaga.
Saya selalu meyakini bahwa system, strategi dan hal hebat apapun lainnya dijalankan oleh people, sehingga skill dari people yang berada didalam system tersebut memegang peranan paling penting dari sebuah keberhasilan.
[BSC] Apa tips dan saran yang dapat Bapak berikan kepada mereka yang ingin membangun karir di bidang ini? Apa keterampilan atau pengalaman kunci yang menurut Anda sangat berharga untuk sukses dalam industri fast-food, terutama dalam peran supply chain?
Menurut saya hal yang paling penting adalah kita perlu memahami dasar-dasar supply chain dan juga perkembangan-nya. Di era kemajuan teknologi & digitalisasi saat ini, telah membawa supply chain management ke level yang sangat jauh berbeda. Konsolidasi data bisa dilakukan sangat cepat dan akurat yang memungkinkan pengambilan Keputusan bisa dilakukan lebih cepat & lebih akurat juga.
Dunia Supply chain terus berkembang dan perubahan akan selalu terjadi, sehingga Flexibility, Agility & Adaptability dalam setiap perubahan menjadi salah satu hal yang harus dimiliki dan dipahami oleh personil yang ingin berkarir di supply chain.
Termasuk empowerment dunia digital & teknologi informasi menjadi bekal untuk meningkatkan performance dalam menjaga fokus pada Cost, Quality & Service. Dan yang tak kalah penting adalah kemampuan dalam berkolaborasi antar “chain” sehingga rantai supply bisa tetap berjalan dengan baik (***).